Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Why Do Successful People Always Motivate Us By Working Hard?

Tantangan terbesar kita bukanlah takdir bukan pula keterbatasan-keterbatasan lainnya, tapi kemalasam yang berada didalam diri kita. Orang yang sukses itu jangan dikira karena takdirnya. Mereka juga memiliki rasa malas, sama seperti kita. Tapi mereka pandai dalam   menyikapi rasa malasnya. Mereka memilki komitmen yang kuat, sehingga mengalahkan rasa malas merundung dalam pikirannya. Mereka pasti berpikir jika hari tua nanti mau bagaimana jika tidak memiliki apa-apa. Jika sakit pasti butuh uang yang tak sedikit, butuh obat kesana- kemari. Apakah tidak malu jika hanya menunggu bantuan orang lain atau bahkan saudara-saudara. Jika hanya mengandalkan anak, iya kalau anak memiliki cukup uang. Iya kalau anak peduli dengan orang tuanya. Sebenarnya bukan itu saja. Pemikiran yang seperti itu adalah pemikiran yang dangkal. Kaya yang hanya untuk masa depan duniawi, bukan untuk ukhrawi. Orang yang sukses adalah orang yang identik dengan harta melimpah. Tapi, orang sukses belum tentu memiliki b...

Parasit Negeri

Terdengar agak aneh, namun begitulah faktanya. Sebuah hubungan yang hanya memberi kemanfaatan pada salah satu pihak. Pasti sakit dan membekas dalam rintihan kalbu. Dengan gaya bicara yang elok nan eksotis, mimik, gestur yang menarik, ia pandai memikat hati. Itulah nyatanya pada janji-janjinya dulu yang seolah memakmurkan, memberi kemajuan, dan   menuntaskan permasalahan. Seolah tidak pernah ada habisnya para parasit negeri ini. Tertahan satu, tumbuh dua, tertahan dua tumbuh tiga dan seterusnya. Bermodal iming-iming belaka demi meraup untung dari kekayaan negeri. Padahal negeri ini dahulu kaya, kaya akan sumber daya alamnya. Namun sekarang, satu persatu terkikis habis entah kemana. Kabar-kabarnya, dijual sendiri keluar negeri secara ilegal. Negeri ini, lambat laun semakin kurus kerontang jika terus dibiarkan kelaparan. Seharusnya, gelar yang disandangnya mempu membuat negeri ini melaju ketingkat kemodernan. Bukan malah sebaliknya, sibuk mengisi perut rumah tangganya. Sejak dulu ...

Tirta Amarta Sang Bunda

Adorasi saban hari, terus engkau tuangkan dari palung kalbu. Catur wulan kedua menjadi saksi buta, engkau membancang rahsa demi keluarga. Engkau menanggung segala keluh, namun tak pernah terdayuh. Sungguh kasihmu bagai pilau yang tak pecah belah didera ombak.   Engkau bunda membopong daku tanpa pilu, Semerbak kasihmu memenjara mara bahaya yang gemar mendekatiku, Tak jarang pula engkau merintih haru kepada bapakku, “Kelak.. semoga jadi anak yang sholih ya pak..”   Lantas.. bolehkah daku membangkang perintahmu? Sungguh hina dina melumuri atma jika demikian rupa. Dan kini, engkau telah mendekati senja buana. Tak sampai hatiku menaruh beban lara di hari-hari tua.   Terima kasih, atas segala kasihmu yang nyata pada atma. Tak jua seracikpun daku membalas kasih cintamu yang bersahaja, Meski daku bergelimang harta nan tahta. Tetap saja, tak sanggup membayar segala cintamu wahai tirta amarta. Adorasi saban hari terus engkau tuangkan dari palung ...

Bertahanlah “Badai Pasti Berlalu”

Diambil dari: Pinterest Awan hitam di hati yang sedang gelisah Daun-daun berguguran Satu jatuh ke pangkuan Ku tenggalam sudah ke dalam dekapan Semusim yang lalu Sebelum ku mencapai Langkahku yang jauh   Kini semua bukan milikku Musim itu telah berlalu Matahari segera berganti Gelisah kumenanti tetes embun pagi Tak kuasa ku memandang datangmu matahari   Badai pasti berlalu Badai pasti berlalu Badai pasti berlalu Badai pasti berlalu ~ Chrisye dan Berlian Hutauruk   Sebuah single lagu yang hit pada zamannya. Dan kini masih terasa betapa hangatnya tuturan nasihat yang dibawa oleh nya. Sebuah lirik yang menggambarkan kekuatan mental dan jiwa dalam terpaan ujian-ujian dalam kehidupan. Dan seolah-olah seperti lagu hit sepanjang masa dalam sejarah kemanusiaan. Dari segala aspek kehidupan manusia, baik dari perekonomian, rumah tangga, pendidikan, kebudayaan, kesosialan dan sebagainya,   tak pernah lepas dari segala deburan masalah-ma...

Pahlawanku Sang Puan

Pahlawanku sang puan, yang kini di tepi sejarah kemerdekaan. Dedikasimu dalam juang, tak lepas dari catatan Tuhan. Kau bagai puspa bangsa, yang tak terjamah di tepi negeri. Yang menggoreskan rasa cintamu di tanah bumi pertiwi.   Mungkin saja aku kehilangan jejak juangmu puan, Akan tetapi, rasa cintaku, tak kan lekang oleh zaman. Walaupun hanya sepercik juangmu yang terbayang, Tetap saja, juang adalah juang demi peradaban.   Meski kau tak turun dalam medan perang yang menegangkan. Tak gunakan senjata tajam, apalagi senapan laras panjang Tapi juangmu untuk negeri, kan selalu kukenang Di tengah derasnya narasi perjuangan yang di hilangkan.   Pejuang kemerdekaan,  tak melulu identik dengan otot dan kekerasan. Akan tetapi perjuangan sang puan lalui lintas bidang. Olahraga, budaya, akademisi, utopis serta ilmuwan Pun turut hadir dalam kemelut kemerdekaan.   Mereka tak hanya tinggal diam; Tak hanya menyaksikan; Tak hanya berp...

Hikmah Dibalik Razia Masker

Pict. Pinterest Memang benar jika dikatakan atau yang diajarkan dalam Islam bahwa kebatilan itu tidak bisa dipangkas gundul. Bukannya Tuhan tidak menghendaki itu, tapi memanglah pada kenyataan seperti itu. Islam juga mengajarkan untuk berlemah lembut kepada siapapun baik Nasrani, Yahudi, bahkan yang seorang Ateis sekalipun. Bukan untuk Tuhan, tapi demi kebaikan diri sendiri, baik sekarang maupun kelak. Sering di pertontokan awak media baik dalam maupun luar negeri, Islam teroris, Islam radikal, Islam Vandalis, Islam brutal, dan Islam-islam lainnya yang bersifat intoleransi. Padahal secara makna sudah jelas bahwa kata Islam berakar dari “aslama- yuslimu-islaman” yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Secara garis besar Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada Allah SWT. Termasuk mengikuti dan mematuhi segala perintah dan   larangan-Nya. Tunduk dan kepatuhan tersebut ialah hanya ada dalam Islam, yang merupakan agama monoteis terakhir yang dibawa oleh Rasulul...

Menerapkan Budaya Sekularisme Dalam Kehidupan Beragama

Diambil dari: Pinterest Sejarah kelam di Benua Eropa telah menghantarkan masyarakatnya kepada traumatis yang begitu mendalam. Hingga pada akhirnya tibalah sebuah era, dimana pintu-pintu kebebasan mulai sedikit terbuka. Padahal telah kurang dari 800 tahun telah terkunci rapat-rapat didalamnya berserta para penguasa gereja yang adikuasa. Saat-saat itulah yang disebut dengan Renaissance . Begitu pula dalam konteks kehidupan beragama, urusan agama biarlah diurus oleh para ahli agama dan urusan kenegaraan biarlah di urus oleh para ahli kenegaraan. Maka dari itu tercipta sebuah harmoni yang dapat dirasakan bersama, asal tidak saling menegasikan satu dengan yang lainnya. Sementara pada zaman sekarang, sekularisasi telah menjadi problem yang aktual, serta mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan beragama, khususnya umat Islam. Dalam dunia Barat, sebagaimana yang diucapkan oleh Berger dan Smith ataupun para ahli pikir lainnya, bahwa sekularisasi merupakan suatu fenomena universal yang t...

Merefleksi Pemikiran Sosok Ahli Kalam Yunus Ibn 'Aun an-Numairi

Teologi mana yang tak luput dari seganap hiruk-pikuk serta problema-problema?. Apalagi tentang hal-hal yang sangat mendasar dan sentral. Tak heran lagi,  jika berbagai kakacauan muncul darinya. Bukan tentang esensinya, melainkan tafsiran yang berdasar pada emosi semata. Mungkin bukan hanya dalam dunia teologi Islam saja, barang kali dunia Kristiani pun juga atau agama-agama yang lainnya. Mari kita sekejap menengok beberapa abad yang lalu sekitar abad ke-4. Tepatnya setelah runtuhnya imperium Romawi sampai kurang dari 8 abad kemudian. Menurut historitasnya, rentang itu dianggap sebagai sejarah kelam bangsa Eropa. Mereka menyebutnya The Dark Ages. Sebuah sejarah yang berakar dari Dewan Majelis Gereja Katolik. Kekacauan itu dimulai sejak konsili Nicea yaitu voting pengangkatan Yesus sebagai Tuhan karena aspek-aspek ketuhanannya (F. Ashidqi, 2014: 218). Ditambah lagi, teks Perjanjian Lama maupun Baru mulai kehilangaan ke otentikannya. Sekarang beralih ke channel Dunia teologi Islam. Pa...

Datuk Sinaro Panjang: Islam dan Akal Merdeka

Diambil dari: Pinterest Daratan Minang pada awal abad ke-20 terkenal sebagai salah satu wilayah di negara pancasilaism yang menjadi gubuk kelahiran para panji-panji Islam ternama. Mereka mengguratkan jejak langkah dalam bidang politik, intelektual ataupaun keagamaan. Panji-panji tersebut ialah Mohammd Hatta, Imam Bonjol, H. Agus Salim, Hamka, Sutan Sjahrih dan tak terkecuali Mohammad Natsir si Datuk Sinaro Panjang.  Mohammad Natsir terlahir dari rahim Khadijah pada 17 Juli 1908 di Jembatan Berukir Alahan Panjang, Solok, Sumatra Barat. Atau bertepatan pada hari Jum’at, 17 Jumadil Akhir 1936 Hijriah. Mohammad Idris Sutan Saripado adalah Ayah kandungnya yang merupakan seorang pegawai rendah dan pernah menjadi juru tulis di kantor Kontroler, Maninjau.  Di usia remaja, M. Natsir mengalami kehidupan yang begitu berat dan penuh dengan perjuangan. Akan tetapi, keadaan inilah yang menurutnya dapat menimbulkan kesadaran bagi dirinya. Kesadaran bahwa rasa bahagia tidak terletak pada keme...