Langsung ke konten utama

Tirta Amarta Sang Bunda

Adorasi saban hari, terus engkau tuangkan dari palung kalbu.

Catur wulan kedua menjadi saksi buta, engkau membancang rahsa demi keluarga.

Engkau menanggung segala keluh, namun tak pernah terdayuh.

Sungguh kasihmu bagai pilau yang tak pecah belah didera ombak.

 

Engkau bunda membopong daku tanpa pilu,

Semerbak kasihmu memenjara mara bahaya yang gemar mendekatiku,

Tak jarang pula engkau merintih haru kepada bapakku,

“Kelak.. semoga jadi anak yang sholih ya pak..”

 

Lantas.. bolehkah daku membangkang perintahmu?

Sungguh hina dina melumuri atma jika demikian rupa.

Dan kini, engkau telah mendekati senja buana.

Tak sampai hatiku menaruh beban lara di hari-hari tua.

 

Terima kasih, atas segala kasihmu yang nyata pada atma.

Tak jua seracikpun daku membalas kasih cintamu yang bersahaja,

Meski daku bergelimang harta nan tahta.

Tetap saja, tak sanggup membayar segala cintamu wahai tirta amarta.

Adorasi saban hari terus engkau tuangkan dari palung kalbu.

Catur wulan kedua menjadi saksi buta, engkau membancang rahsa demi keluarga.

Engkau menanggung segala keluh namun tak pernah terdayuh.

Sungguh kasihmu bagai pilau yang tak pecah belah didera ombak.

 

Engkau bunda, membopong daku tanpa pilu,

Semerbak kasihmu memenjara mara bahaya yang gemar mendekatiku.

Tak jarang pula, engkau merintih haru kepada bapakku,

“Kelak.. semoga jadi anak yang sholih ya pak..”

 

Lantas.. bolehkah daku membangkang perintahmu?

Sungguh hina dina melumuri atma jika demikian rupa.

Dan kini, engkau telah mendekati senja buana.

Tak sampai hatiku menaruh beban lara di hari-hari tua.

 

Terima kasih, atas segala kasihmu yang nyata pada atma.

Tak jua seracikpun daku membalas kasih cintamu yang bersahaja,

Meski daku bergelimang harta nan tahta.

Tetap saja, tak sanggup membayar segala cintamu wahai tirta amarta.


Sidoarjo, 12/24/2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Kisah Kita

  _ Mungkin hari itu menjadi hari yang lebih indah ketimbang merekahnya mawar menyambut pagi, lebih indah ketimbang lautan saat fajar, dan lebih indah ketimbang langit yang meredup saat senja tiba. Hari itu pula yang akan mengawali kisah panjang kita yang akan ada banyak cerita-cerita yang akan kita tuliskan dilembaran-lembaran kosong; diceritakan pada alam semesta; dan melangitnya doa-doa disepanjang malam. Keyakinan ini menjadi modal utama yang kita pegang demi mengawali cerita ini sampai akhir nanti. _ by: M.H & K.N

Teman Sejati

Pernah suatu ketika saat menyusuri jalanan kota. Batinku bercengkrama dalam suasana keramaian kendara. Terlintas dalam benakku sebab aku mulai menyukai aktifitas baruku. Ya, membaca dan buku adalah kegemaran baruku. Aku berpuitik dalam hati, " Temanku adalah buku; pacarku adalah bacaan; istriku adalah ilmu; dan anak-anakku adalah tulisan-tulisanku". Begitulah kira-kira selarik puitik yang muncul kala itu. Krian, 15 Maret 2022.

Hidup

Hidup ini terlalu singkat. Sesingkat obrolan kita di waktu petang kala itu. Namun, kesingkatan ini telah memberi makna. Bahwa, hidup adalah tentang ingatan-ingatan yang menggenangi sanubari. Ingatan yang tak mudah lekang dibawah teriknya cahaya matahari. Kata orang bijak, jika kalian menyibukkan dengan hal-hal baik. Hari itu yang sebenarnya 24 jam, berganti dengan waktu yang tak selama meminum secangkir kopi di pagi hari yang indah besari. Krian, 8 Maret 2022.