Langsung ke konten utama

Why Do Successful People Always Motivate Us By Working Hard?

Tantangan terbesar kita bukanlah takdir bukan pula keterbatasan-keterbatasan lainnya, tapi kemalasam yang berada didalam diri kita. Orang yang sukses itu jangan dikira karena takdirnya. Mereka juga memiliki rasa malas, sama seperti kita. Tapi mereka pandai dalam  menyikapi rasa malasnya. Mereka memilki komitmen yang kuat, sehingga mengalahkan rasa malas merundung dalam pikirannya. Mereka pasti berpikir jika hari tua nanti mau bagaimana jika tidak memiliki apa-apa. Jika sakit pasti butuh uang yang tak sedikit, butuh obat kesana- kemari. Apakah tidak malu jika hanya menunggu bantuan orang lain atau bahkan saudara-saudara. Jika hanya mengandalkan anak, iya kalau anak memiliki cukup uang. Iya kalau anak peduli dengan orang tuanya.

Sebenarnya bukan itu saja. Pemikiran yang seperti itu adalah pemikiran yang dangkal. Kaya yang hanya untuk masa depan duniawi, bukan untuk ukhrawi. Orang yang sukses adalah orang yang identik dengan harta melimpah. Tapi, orang sukses belum tentu memiliki banyak harta. Sukses itu biasanya berhubungan dengan keberhasilan. Dan  keberhasilan berhubungan dengan pencapaian. Pencapaian seseorang sangat bervariasai, bisa saja sukses dalam pendidikannya, pekerjaannya, ataupun dengan karya-karyanya.

Harta kekayaan hanyalah imbas dari jerih payah. Bukan untuk dikejar, tapi hanya sebagai bonus. Apalagi, berkerja keras disertai niat karena Allah SWT. Pasti akan mendapatkan banyak bonus. Karena bekerja adalah sama dengan ibadah. Niat bukan hanya sekali-dua kali, akan tetapi selalu memperbarui niat ketika mau mengerjakan sesuatau. Karena Allah SWT menilai hamba-hambanya dengan niatnya masing-masing. Sebagaiman dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.

Artinya:

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR. Bukhari).

Jadi orang Islam itu harus kaya. tutur Gus Baha’ dalam beberapa pengajiannya. Karena apa? Ya karena orang yang dermawan itu orang yang kaya. Dalam Islam saja wajib membayar zakat ketika bulan ramadhan. Dalam rukun Islam yang kelima pun juga ada ketentuan menunaikan haji ke baitullah.

Dalam Islam juga ada anjuran bahwa tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah. Artinya adalah orang yang suka memberi berarti lebih baik dari pada orang yang tidak memberi terlebih lagi malah meminta-minta. Secara tidak langung tangan dibawah bukan berarti harus mengemis, semua pemberian baik dari pemerintah, tetangga, saudara ataupun teman itu semua termasuk kategori tangan dibawah. Maka dari itu jika kita kaya, maka bisa memberi, beramal, berinfak, bersedekah dan lain sebagainya.

Terlebih Islam juga mengajarkan barang siapa yang bersedekah Rp. 1000,00 saja maka akan dilipat gandakan menjadi Rp. 10.000,00. Dengan syarat harus ikhlas. Nah konsep ini sama dengan satu biji padi yang ditanam disawah yang akhirnya akan tumbuh menjadi banyak. Tapi ingat, semua yang kita sedekahkan tidak tentu kembali dengan barang yang sama jika sedekah itu berupa uang atau apapun itu, bisa saja berupa pahala ataupun dijauhkan dari takdir balak yang akan menimpa kita dimasa yang akan datang.

Kaya bukan berarti dapat menghalalkan cara untuk mendapatkan itu. Semua ada caranya yang baik dan benar secara Islam. Ada hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah pekerjaan yang halal dan dengan cara yang halal pula. Intinya semua itu ada konsekuensianya, ada pertanggung jawabannya kelak. Mankanya, dari kerja halal-cara halal-digunakan dengan halal. Misalnya: bekerja sebagai kuli bangunan (halal), bekerja sesuai prosedur tanpa kecurangan apapun (halal), dan uang hasil bekerja di pakai untuk menafkahi keluarga dan 5% dari uang tersebut disedekahkan (halal). Jangan malah sebaliknya, uang gajian malah di pakai untuk berfoya-foya atau pun digunakan untuk hal negatif lainnya.

Dan dalam hadist yang lain yang dapat membuat kita semakin bersemangat dan juga dapat sebagai pedoman hidup adalah “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok”.

 

Wallahu a’lam bish-shawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Kisah Kita

  _ Mungkin hari itu menjadi hari yang lebih indah ketimbang merekahnya mawar menyambut pagi, lebih indah ketimbang lautan saat fajar, dan lebih indah ketimbang langit yang meredup saat senja tiba. Hari itu pula yang akan mengawali kisah panjang kita yang akan ada banyak cerita-cerita yang akan kita tuliskan dilembaran-lembaran kosong; diceritakan pada alam semesta; dan melangitnya doa-doa disepanjang malam. Keyakinan ini menjadi modal utama yang kita pegang demi mengawali cerita ini sampai akhir nanti. _ by: M.H & K.N

Teman Sejati

Pernah suatu ketika saat menyusuri jalanan kota. Batinku bercengkrama dalam suasana keramaian kendara. Terlintas dalam benakku sebab aku mulai menyukai aktifitas baruku. Ya, membaca dan buku adalah kegemaran baruku. Aku berpuitik dalam hati, " Temanku adalah buku; pacarku adalah bacaan; istriku adalah ilmu; dan anak-anakku adalah tulisan-tulisanku". Begitulah kira-kira selarik puitik yang muncul kala itu. Krian, 15 Maret 2022.

Hidup

Hidup ini terlalu singkat. Sesingkat obrolan kita di waktu petang kala itu. Namun, kesingkatan ini telah memberi makna. Bahwa, hidup adalah tentang ingatan-ingatan yang menggenangi sanubari. Ingatan yang tak mudah lekang dibawah teriknya cahaya matahari. Kata orang bijak, jika kalian menyibukkan dengan hal-hal baik. Hari itu yang sebenarnya 24 jam, berganti dengan waktu yang tak selama meminum secangkir kopi di pagi hari yang indah besari. Krian, 8 Maret 2022.