Langsung ke konten utama

Kemiripan Alegori Goa Jawa dan Yunani

Dalam Serat Wedhatama karya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV ternyata pada salah satu sastra tembang atau kidung jawanya mirip dengan alegori gua yang digagasan oleh Plato dalam teori pengetahuan akan kebenaran


Yakni tedapat pada tembang pangkur pada bait ke 6: Uripe sapisan rusak (petuah yang menggambarkan tentang hidup yang hanya sekali, namun berantakan). Nora mulur nalare pating seluwir (orang yang demikian, pikirannya tidak berkembang dan kacau). Kadi ta guwa kang sirung (ibarat dalam goa yang gelap), picik pengetahuannya.

Sementara dalam alegorinya Plato,  menjelaskan bahwa sebagian besar umat manusia seakan akan hidup dalam goa yang remang-remang. Tubuh yang terantai dan pandangan hanya tertuju pada sebuah dinding. Sementara itu, ada perapian yang menyala-nyala dibelakang dan hanya terlihat bayangan yang bergerak-gerak pada dinding goa. Akibatnya, bayang-bayang di anggap sebagai realitas atau kenyataan. Oleh karena itu, menurut Plato, satu-satunya cara untuk melihat realitas yang sebenarnya adalah dengan keluar dari goa. Maka akan tampaklah Matahari disana. Yang oleh Plato disimbolkan sebagai kebenaran itu sendiri.

Jadi ada semacam kesamaan teori yang sama-sama berkonsep tentang ilmu pengetahuan dan kebenaran. Padahal mungkin saja KGPAA Mangkunegara IV  tidak mengenal Plato yang hidup sekitar 427-347 SM. Sedangkan Mangkunegara IV hidup pada tahun 1811-1881 M. Entah ini ada semacam kebetulan atau Mangkunegara IV pernah belajar filsafatnya Plato. Wallahu A'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Kisah Kita

  _ Mungkin hari itu menjadi hari yang lebih indah ketimbang merekahnya mawar menyambut pagi, lebih indah ketimbang lautan saat fajar, dan lebih indah ketimbang langit yang meredup saat senja tiba. Hari itu pula yang akan mengawali kisah panjang kita yang akan ada banyak cerita-cerita yang akan kita tuliskan dilembaran-lembaran kosong; diceritakan pada alam semesta; dan melangitnya doa-doa disepanjang malam. Keyakinan ini menjadi modal utama yang kita pegang demi mengawali cerita ini sampai akhir nanti. _ by: M.H & K.N

Teman Sejati

Pernah suatu ketika saat menyusuri jalanan kota. Batinku bercengkrama dalam suasana keramaian kendara. Terlintas dalam benakku sebab aku mulai menyukai aktifitas baruku. Ya, membaca dan buku adalah kegemaran baruku. Aku berpuitik dalam hati, " Temanku adalah buku; pacarku adalah bacaan; istriku adalah ilmu; dan anak-anakku adalah tulisan-tulisanku". Begitulah kira-kira selarik puitik yang muncul kala itu. Krian, 15 Maret 2022.

Hidup

Hidup ini terlalu singkat. Sesingkat obrolan kita di waktu petang kala itu. Namun, kesingkatan ini telah memberi makna. Bahwa, hidup adalah tentang ingatan-ingatan yang menggenangi sanubari. Ingatan yang tak mudah lekang dibawah teriknya cahaya matahari. Kata orang bijak, jika kalian menyibukkan dengan hal-hal baik. Hari itu yang sebenarnya 24 jam, berganti dengan waktu yang tak selama meminum secangkir kopi di pagi hari yang indah besari. Krian, 8 Maret 2022.