![]() |
| Di ambil dari: Pinterest |
Teori dramaturgi sebenarnya adalah dampak dari konflik
sosial. Akan tetapi teori ini lebih kepada aspek interaksi tatap muka. Karena ciri
khas manusia adalah komunikasi dan saling bertukar simbol, mankanya ada sebuah
drama dibaliknya. Dalam teori ini ada istilah yang namanya front stage dan
back stage. Front stage merupakan tempat dimana sebuah drama
dilangsungkan atau disebut sebagai panggung depan. Dan back stage
merupakan tempat dimana seseorang mempersiapkan apa yang harus ditampilkan saat
akan tampil di panggung depan.
Dalam front stage masih dibagi menjadi dua yaitu personal
front dan settings. Dalam personal front meliputi bahasa
verbal dan non verbal atau bahas tubuh. Dan untuk settings meliputi
properti yang harus ada atau yang harus dikenakan saat tampil nanti. Jika guru
maka akan tampil dengan mengenakan pakaian pada umumnya dan jika dokter maka
juga akan tampil dalam kostum dokter beserta alat-alat teknis nya.
Namu teori ini hanya mempelajari lingkup skala yang kecil
seperti yang ada dalam acara TV Indonesia yakni OVJ, Opera Van Java. Oleh
karena itu teori ini besifat social establishment yang tidak
memperhatikan adanya berbagai lembaga lain. Sehingga dramaturgi ini hanya
mempelajari tentang sebuah drama yang berlangsung pada saat itu juga.
Dalam pendekatan dramaturgi ini adalah ketika seseorang
berinteraksi bawa ia ingin mengelola pesan yang diharapkan akan tumbuh pada
orang lain atau lawan bicaranya. Jadi dalam hal ini seseorang berperan sebagai
aktor dan perform yang menggunakan simbol-simbol yang saling dimengerti satu
sama lain yang berada pada suatu adegan yakni dalam konteks sosio-kultural.
Dari uraian-uraian diatas nampaklah sebuah teori yang
hanya mempelajari tentang apa yang ditampilkan. Karena Erving Goffman memandang
bahwa hidup ini seperti dalam panggung teater. Senada dengan
perkataan-perkataan Gusdur yang bersandar pada Al-Qur’an bahwa dunia ini termasuk
kekuasaan hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Mankanya Gus Dur sering
mengucapkan begitu saja kok repot, pada kalimat terakhir pada jawabannya
ketika ditanyai sebuah persoalan.
Akan tetapi jika dipikir-pikir dunia ini ya serius ya
gurau. Namun ada sisi-sisinya masing-masing tidak bisa di pukul rata, Al-Qur’an
misalnya dan masalah-masalah serius yang ada didalamnya. Dalam dunia ini
hduplah yang sedang-sedang saja, seperti kata Roma Irama. Jangn fanatik
sampai-sampai intoleransi dan jangan sampai terlalu longgar sampai-sampai
menerima apa saja.
Wallahu a’lam bishawab

Komentar
Posting Komentar
Say salam and comments politely