Langsung ke konten utama

Catatan Kecil (KKIUJ3: 46-47) Part II

Diambil dari: Pinterest

Bismillahirrahmanirrahim..

Dawuhnya Imam al-Ghazali, dicontohkan ketika musim kemarau yang panas sekali, ada rumah yang sejuk (adem). Sementara ada rumah lain akan tetapi tidak mencukupi untuk berlindung dari panasnya sinarnya matahari. Dalam hal ini kata Imam al-Ghazali hanya ada dua pertanyaan yaitu: Apakah menolong mereka dengan cara memasukkan semuanya kerumah kita yang dingin atau membiarkan mereka kepanasan yang penting kita selamat dari panasnya sinar matahari ?

Dalam peristiwa ini merupakan suatu hal membingungkan. Jika menolong mereka, akan tetapi rumah kita yang sejuk itu tidak mampu menampung semua orang yang kepanasan. Dan jika tidak menolong dan hanya mementingkan diri kita sendiri yang penting kita selamat, maka ya tidak enak di hatinya. Jadi disini seolah-olah serba salah hanya kerena perkara dunia saja yakni panasnya sinar matahari di kala musim kemarau yang sangat panas.

Jadi maksudnya, jika hanya perkara panasnya matahari saja kita mau menyelamatkan mereka, akan tetapi jika masalah panasnya Neraka kita tidak memperdulikan mereka. Jika kita menuruti para manusia itu, maka kita berarti masih menuruti hawa nafsu dan artinya tidak mempercayai Gusti Allah dalam artian bermaksiat kepada-Nya. Karena hanya perkara panasnya matahari saja kita gelisah dan serba salah, akan tetapi untuk masalah panasanya api Neraka malah biasa-biasa saja.

Contoh gampangnya adalah ketika ada majelis rasan-rasan kita malah membiarkannya. Padahal seharusnya kita mengingatkan mereka bahwa mereka telah berbuat dosa dan jika tidak berani mengingatkan, maka tidak perlu mendengarkan majelis rasan-rasan tersebut. Jadi majelis rasan-rasan tersebut hanya cukup sampai di situ saja, artinya tidak menyampaikan ke yang lainnya. Akan tetapi jika malah sebaliknya, maka berarti kita masih terbawa oleh hawa nafsu dan dikalahkan oleh Syetan.

Dawuhnya Imam al-Ghazali, kita tinggal menang-menangan antara jadi temannya Syetan atau jadi temannya Malaikat. Perlu diketahui bahwa Syetan dan malaikat tidak pernah lepas dari hati kita, yakni selama masih menjadi orang yang mukmin. Jika jelas-jelas kafir, maka hanya satu saja temannya yaitu Syetan saja. Jika hati kita telah dikuasai oleh malaikat, maka berarti otomatis menjadi temannya Malaikat.

Syetan pasti berkata di dada kita bahwa sesungguhnya Gusti Allah adalah Dzat ingkang Maha Welas Asih, umurmu masih panjang, maka nanti saja taubatnya. Kenyataannya adalah orang yang demikian tetap saja pada perbuatan maksiatnya dan tidak mau berbenah diri.

Semua itu sudah ditakdir oleh Allah sejak zaman azali, min khozail ghaib. Walaupun taat dan maksiat sudah ditakdir sejak zaman azali. Akan tetapi, perkara ghaib ini bisa nyata karena ada alamatnya (tanda) didunia ini dan semua itu pasti ada sebab-sebabnya, min kholiqun nar wa min kholiqun jannah. Orang yang ditakdir demikian, bisa diketahui melalui alamat temannya yang apakah yang buruk-buruk ataukah temannya yang baik-baik.

Dawuhnya Gusti Allah, janji-janji Syetan tentang taubat dan angen-angen syetan tentang pengampunan Gusti Allah, Itu adalah rekodoyone Syetan.

Semua itu adalah takdir qodho’, qodar dan hukumnya Gusti Allah. Akan tetapi manusia diberi waktu untuk angen-angen supaya berpikir sedang cenderung kemana dirinya. Jika tetap saja, maka akan dibuka alamatnya bahwa orang itu adalah ahli Nar atau ahli Jannah.

Dan orang yang ditakdir Oleh Gusti ahli Nar adalah ibarat seperti seseorang yang naik gunung, sangat berat jika mau melakukan ibadah.

Oleh karena itu, Kanjeng Nabi berpesan kepada umatnya, bahwa setelah sholat dianjurkan untuk bedo’a “Ya muqollibul qulub tsabbit qolbi ‘ala dinik wa ‘ala tho’atik” dan “Rodhitu billahi robba wabil Islamidina wabi Muhammadin Nabiyya wa Rasula”

Jika Gusti Allah Ridha, masuk Neraka pun rasanya tetap dingin. Begitupun sebaliknya, jika masuk Syurga pun rasa tetap panas.

Walaupun orang tersebut telah di takdir ahli Neraka sejak zaman azali, akan tetapi jangan lupa bahwa Gusti Allah memiliki sifat Jaiz. Dan Sifat jaiznya dapat mengalahkan takdirnya sendiri. Oleh karena itu, bahaya jika kita merasa bisa apa-apa. Apalagi jika sudah ahli dalam bidang tertentu.

Gusti Allah juga punya prinsip, jika membuat Surga yang begitu indahnya luar biasa, pasti juga menciptakan penduduknya yang taat-taat pada perintahnya. Begitupun sebaliknya, jika membuat Neraka-maka pasti juga meciptakan penduduknya juga yang ahli dalam kemaksiatan.

Gampanya begini, tanda-tanda ahli Syurga ya tanda-tandanya adalah ahli taat dan jika ahli neraka ya tanda-tandanya adalah ahli maksiat.

Namun dalam hal ini tidak untuk menjastifikasi seseorang. Akan tetapi untuk meng-angen-angen dirinya sendiri.

Yang perlu diperhatikan adalah rukum iman yang nomor enam yaitu iman kepada qodho’ dan qodarnya Gusti Allah.

Dalam Hadist Qudsi, gampangnya begini “jangan meminta Syurganya Gusti Allah, akan tetapi taatlah hanya karena perintahnya Gusti Allah. Karena Gusti Allah tidak peduli entah masuk Surga semuanya atau pun masuk Neraka semuanya.

Karena Gusti Allah mbesok tidak bisa ditanya, akan tetapi malah menanyai kita satu persatu mbesok. Kenapa kok malah begini ? Kenapa tidak begini ? Padahal sudah diperintah untuk begini dan seterusnya.

Maka dari itu, ulama tasawuf dulu tidak pernah tanya ketika diperintah oleh guruya. Jika disuruh kesana ya kesana, kalo dusuruh begitu ya begitu. Buktinya ya jadi-jadi seperti yang kita ketahui sekerang.

Pada intinya, makrifat kepada Gusti Allah itu adalah bersihnya hati kita. Karena Gusti Allah bertempat di hati yang bersih. Buktinya kita tidak bisa makrifat kepada Gusti Allah itu ya karena hati kita yang kotor. Padahal Gusti Allah itu sangat jelas secara dzahir, seperti terangnya matahari. Karena saking terangnya kita tidak bisa melihatnya.

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Kisah Kita

  _ Mungkin hari itu menjadi hari yang lebih indah ketimbang merekahnya mawar menyambut pagi, lebih indah ketimbang lautan saat fajar, dan lebih indah ketimbang langit yang meredup saat senja tiba. Hari itu pula yang akan mengawali kisah panjang kita yang akan ada banyak cerita-cerita yang akan kita tuliskan dilembaran-lembaran kosong; diceritakan pada alam semesta; dan melangitnya doa-doa disepanjang malam. Keyakinan ini menjadi modal utama yang kita pegang demi mengawali cerita ini sampai akhir nanti. _ by: M.H & K.N

Teman Sejati

Pernah suatu ketika saat menyusuri jalanan kota. Batinku bercengkrama dalam suasana keramaian kendara. Terlintas dalam benakku sebab aku mulai menyukai aktifitas baruku. Ya, membaca dan buku adalah kegemaran baruku. Aku berpuitik dalam hati, " Temanku adalah buku; pacarku adalah bacaan; istriku adalah ilmu; dan anak-anakku adalah tulisan-tulisanku". Begitulah kira-kira selarik puitik yang muncul kala itu. Krian, 15 Maret 2022.

Hidup

Hidup ini terlalu singkat. Sesingkat obrolan kita di waktu petang kala itu. Namun, kesingkatan ini telah memberi makna. Bahwa, hidup adalah tentang ingatan-ingatan yang menggenangi sanubari. Ingatan yang tak mudah lekang dibawah teriknya cahaya matahari. Kata orang bijak, jika kalian menyibukkan dengan hal-hal baik. Hari itu yang sebenarnya 24 jam, berganti dengan waktu yang tak selama meminum secangkir kopi di pagi hari yang indah besari. Krian, 8 Maret 2022.